KIM Gundih - Pagi itu tepatnya di hari Rabu, 10 Juli 2019 tak ada yang berbeda dengan hari-hari biasanya bagi warga sekitaran Gundih tepatnya Margorukun RW 2. Aktifitas warga pagi hari disibukkan dengan aktifitas perdagangan dan bekerja di pasar karena memang lokasi Margorukun I ini berdekatan dengan pasar warga yang berada di wilayah RW 2.
Sekitar pukul 8.30 ketika warga sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing terdengar teriakan kebakaran dari salah satu gang kecil di Margorukun lebar lebih tepatnya. Gang perkampungan dengan lebar tidak lebih dari 2 meter ini memang dihuni oleh ratusan Kepala Keluarga dengan bangunan berbeda antara permanen dan juga semi permanen.
Teriakan warga yang mengabarkan adanya kebakaran di tempat tinggal mereka sontak membuat suasana pagi itu menjadi histeris. Warga secara swadaya berusaha menyelamatkan apa yang bisa di selamatkan terlebih dahulu setelah menyelamatkan jiwa tentunya. Karena memang di pemukiman ini tak sedikit juga dihuni oleh warga lansia yang perlu dibopong keluar rumah mereka untuk menyelamatkan diri. Kesigapan beberapa warga dengan langsung menghubungi Command Centre 112 juga langsung dikerjakan. Sepertinya beberapa warga juga sudah mulai mengenal nomer darurat yang dimiliki pemerintah kota Surabaya ini yang tak ubahnya seperti 911 di Amerika.
Sekitar 15 menit kemudian beberapa perangkat untuk penanganan kebakaran mulai berdatangan, baik itu Pemadam, Linmas, PMI, Tagana, Kepolisian, Pol PP, juga perangkat Lurah dan Camat langsung merapat di Tempat Kejadian Kebakaran (TKK) waktu itu. Tak berhenti sampai dengan upaya pemadaman, penanganan pasca kebakaran juga harus dipikirkan secepat mungkin, mengingat korban dari musibah kebakaran ini tidak sedikit. Terdapat sedikitnya 21 rumah habis terbakar serta 11 rumah terdampak dari kejadian kebakaran ini. Dengan rincian 26 KK atau sekitar 82 jiwa dari korban kebakaran ini.
Terlepas dari upaya pemadaman oleh rekan-rekan PMK, beberapa pihak terkait mulai berfikir untuk menyediakan tempat penampungan sementara yang nyaman dan tidak terlalu jauh dari pemukiman yang terbakar. Gedung serbaguna Kampung Ilmu yang berada di Jl.Semarang akhirnya dipilih untuk lokasi penampungan warga korban kebakaran sore itu. Pembersihan dan pengkondisian penampungan dilakukan dengan sangat cepat. Tidak kurang dari 2 tempat penampungan sudah bersih berikut matras tidur sudah terpasang rapi dari rekan BPBD kota Surabaya dibantu dengan warga sekitar.
Sore hari sudah berlalu, seluruh korban sudah ditempatkan di lokasi penampungan. Ibu Walikota sore itu langsung berkunjung ke lokasi kebakaran dan penampungan sementara guna memberikan support dan dukungan kepada warga kotanya untuk tetap tabah dalam menghadapi musibah ini. Bu Risma sapaan akrab Walikota Surabaya ini juga berjanji akan memberikan prioritas penempatan rumah susun di daerah Penjaringan ke korban kebakaran yang rumahnya habis terbakar. Demikian juga dengan sekolah anak-anak korban kebakaran akan dipermudah untuk berpindah sekolah yang dekat dengan rusun Penjaringan.
Masih di hari yang sama rabu (10/7/2019) sekitar pukul 23.00 pendataan korban sekaligus pencetakan KK baru dilakukan dan diserahterimakan ke warga sebagai korban kebakaran. Kami disana harus bekerja keras dalam pendataan ini. Lelah sudah pasti dirasakan oleh Lurah serta Camat waktu itu, tapi ini dilakukan demi kelanjutan hidup saudara -saudara kita yang terkena musibah. Lelah malam itu sedikit berkurang dengan hadirnya rekan-rekan KIM serta hadirnya Ketua Karang Taruna kota Surabaya Cak Fuad waktu itu.
Semua elemen masyarakat bergerak kala itu,tidak ada sekat pemisah berupa perbedaan agama ,Suku, Ras atau dari mana anda berasal. Dalam hitungan jam, Flyer bantuan berterbangan di media sosial yang isinya ajakan untuk meringankan beban saudara kami di Gundih. Keberagaman tak menghalangi mereka untuk membantu sesama, Komunitas-komunitas kecil bergerak bersama untuk mengumpulkan bantuan. Malam itu komunitas Ojol (Ojek Online) datang lebih awal dalam memberikan bantuannya.
Suasana di penampunganm di malam pertama paska kebakaran cukup ramai dengan kehadiran saudara-saudara dekat dari korban yang datang memberikan support dan dukungan. Semua membaur jadi satu dalam keberagaman. Sekolah-sekolah bergerak, PKK di tiap RT bergerak, komunitas bergerak, tokoh masyarakat semua bergerak menggalang bantuan dengan satu tujuan untuk meringankan beban saudara-saudara kita yang sedang ditimpa musibah. Semua elemen masyarakat Bersatu dalam perbedaan dengan menanggalkan terlebih dahulu apa, siapa, dan dari mana mereka berasal. Kekuatan media sosial juga berdampak besar kala itu untuk menggaungkan kebersamaan dalam meringankan beban sesama. Semoga jiwa bersatu dalam perbedaan ini tidak hanya timbul ketika kita semua diuji dengan yang namanya musibah namun akan tetap ada dalam keseharian kita dalam hidup bermasyarakat.
(Vivi / KIM Gundih )
#keberagamanmasyarakat
Posting Komentar